Rabu, 04 Mei 2011

iseng bikin cerpen

Menulis cerpen
1 Bulan Jadi Pacar Boongan

Tiba-tiba ahong menghampiriku dan memandang sebel.
“bisa tepat waktu ga sih ?”
“iyaya, ini bentar lagi kelar ko sabar kenapa…..” omelku.
Aku berlari kecil untuk mengejar dia yang sudah terlalu jauh didepanku. Pastilah wajahku terlihat kesal karena Ahong kemudian bilang, “wajahmu itu tidak imut-imut banget, jadi jangan tampang wajah sok imut deh.” Kalo saja aku lupa siapa dia, pasti sudah ku tonjok dia ckck. Ahong, kakak kelasku, ketua xkul yang ada di sekolahku. Dia emang termasuk orang yang famous di sekolahku maka dari itu banyak banget murid-murid lain yang segan dengannya. Semua segala kegiatan di sekolah hampir ia ikuti (kerajinen kale ya :O) terutama so pasti “osis.”
            “nanti di depan temen-temenku, kamu harus tersenyum. Pasang senyummu yang paling manis. Oke?” ujarnya tanpa menatapku.
            “iya iya, cerewet…..” gerutu ku.
Aku di kenalin ke semua temen-temennya yang ada di dalam café tersebut. Salah satunya aku sudah mengenalnya, jadi  engga canggung-canggung amat lah hehe….
            “ehm, sori. Kamu fira ya tadi?”
            “ampun dehh, prasaan belum semenit kenalan udah lupa ckck.” Gerutu ku dalam hati. Sambil tersenyum terpaksa “iya.”
            “ooh hehe, sori tadi aku engga begitu dengerin.”
            “iya, nyantae aja lagi.” Jawabku manis.
Jam menunjukkan pukul 20.00 wib. Segera aku menarik tangan Ahong untuk mengajaknya pulang. Tak terasa ngobrol daritadi bikin betah sampai lupa waktu hehe.
            “ayo pulang, udah malam ini.” Ajakku
            “iya bentar dong…. Pulang bareng-bareng sama temenku juga.”
            “yaelah sekarang aja kenapa sihh, ayooo.”
            “bentar lagi fira. Temenku masih ada yang di toilet ini.”

*

Mentari menyambut pagi ku yang indah. Tepat pukul 06.15 wib, aku berangkat menuju sekolah dengannya, si Ahong, pacar bayaran. Sebenarnya hari ini aku pengen ngomong sesuatu dengannya, tapi aku urungkan dulu saja niatku.
            “nanti langsung ku tunggu di parkiran.”
            “mau kemana?” tanyaku bingung.
            “ikut aja.”
            “hmm, iyaya yauda aku ke kelas dulu.”
Aku duduk termenung di dalam kelas. Aku jadi mikir, apa yang aku lakuin ini benar apa salah ya? Tapi aku tidak pernah ada niatan untuk membohongi orang lain tetapi niatku membantu kakak kelas ini. Bel pun berbunyi, aku termenung sejenak dan aku mantapkan bahwa aku harus mengakhiri ini semua.
            “iya, aku harus ngomong nanti. Harus! Harus!!” ucapku pelan.
Seperti biasa, aku selalu terlambat. Ahong sudah menungguku duduk di atas sepeda motor CBRnya hehe. Seperti biasanya. Diam. Menatapku sebel.
            “sori….tadi aku masih…..”
            “engga perlu.” Ucapnya singkat.
Dalam perjalanan tersebut dia hanya terdiam saja. Aku pun bingung harus memulai ngomong darimana ckck. Tibalah aku di tempat seperti biasanya, café langganan kita.
            “tumben banget ga ada temen-temennya.” Batin ku.
Sambil melangkah aku berpikir-pikir untuk memulai membukanya. Bismillah, dia mau mengerti keputusanku. Moving on fira :D.
            “duduk mana?” tanyanya padaku
            “terserah kamu deh, cari yang adem anyem.”
            “sebelah situ aja ya?”
            “boleh.”
Aku memulai berbicara.
            “sebulan ini, setiap hari, tanpa terlewat sehari pun, aku selalu menemanimu. Dan aku pun tahu sebenarnya ini semua tidak berarti apa-apa untukmu. Kita tidak ada status yang jelas. Aku mau kita akhiri saja permainan konyol ini. Sebelumnya aku minta maaf.”
Ahong menatapku dengan wajah penuh kesal, sebel, marah, menyesal, campur aduklah. Tetapi aku berharap Ahong mengerti maksudku ngomong gitu. Lalu, perlahan, Ahong mendekatiku dan berkata, “ setuju deh sama kamu” senyum manis.
            “akhirnya dia mau mengerti juga, terimakasih.” Girangku dalam hati
            “hmm, yauda pulang yuk fir, udah sore juga ga enak sama ortumu.”
            “okeh.”

*

Hari makin hari, bulan demi bulan, hubunganku dengan Ahong baik-baik saja meskipun agak sungkan juga sebenarnya. Tapi ya tak apalah , yang penting dia udah nglunasi janjinya, aku pun juga. So, jangan pernah takut untuk mengungkapkan kejujuran kalo kita merasa benar :)

 














My name Fitri, the short story on a whim in my spare time, good read :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar